Instansi pemerintah dan Profesional perusahaan memerlukan penggunaan seperangkat standar atau kerangka kerja untuk mengatur praktik tata kelola TI dan prosedur pengendalian internal mereka secara umum. Kepatuhan terhadap kerangka kerja seperti itu memungkinkan manajer senior serta profesional perusahaan di bidang keahlian mereka diakui sebagai spesialis di bidangnya. Kerangka pengendalian internal telah menjadi alat tata kelola TI yang penting untuk mengevaluasi dan meningkatkan proses tata kelola TI.
Berikut ini adalah beberapa contoh Framework tata kelola TI yang sudah teruji dan banyak digunakan oleh Instansi pemerintah dan Perusahaan Profesional diseluruh dunia.
ITIL bukanlah teknologi atau perangkat lunak tertentu melainkan kerangka kerja yang menyediakan pendekatan terstruktur terhadap manajemen layanan TI (ITSM). Ini menawarkan serangkaian praktik komprehensif bagi para profesional TI untuk menyelaraskan layanan TI dengan kebutuhan bisnis.
ITIL diadopsi secara luas di organisasi-organisasi di seluruh dunia dan telah menjadi standar de facto untuk manajemen layanan TI. Fokusnya adalah pada peningkatan kualitas layanan TI, pengurangan biaya, dan penyelarasan proses TI dengan tujuan bisnis. ITIL terdiri dari serangkaian praktik yang disusun menjadi lima publikasi inti atau tahapan siklus hidup:
1. Strategi Layanan, Tahap ini melibatkan pendefinisian strategi layanan TI secara keseluruhan agar selaras dengan tujuan bisnis dan kebutuhan pelanggan.
2. Desain Layanan, Ini mencakup desain layanan TI, termasuk arsitektur layanan, proses, kebijakan, dan dokumentasi.
3. Transisi Layanan, Tahap ini berfokus pada transisi layanan baru atau yang dimodifikasi ke dalam lingkungan produksi sambil mengelola perubahan, konfigurasi, dan rilis.
4. Operasi Layanan, Ini menangani operasi layanan TI sehari-hari, termasuk manajemen insiden, manajemen masalah, dan operasi meja layanan.
5. Peningkatan Layanan Berkelanjutan (CSI), CSI adalah proses berkelanjutan yang bertujuan untuk mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dan menerapkan perubahan untuk meningkatkan kualitas layanan secara berkelanjutan. ITIL juga menekankan pentingnya proses, peran, dan tanggung jawab dalam manajemen layanan TI. Ini memberikan bahasa umum dan kerangka kerja bagi organisasi untuk meningkatkan komunikasi dan kolaborasi antar tim TI yang berbeda.
ITIL telah melalui beberapa versi, dengan ITIL v3 menjadi salah satu yang paling banyak digunakan. ITIL 4, iterasi terbaru pada pembaruan September 2021, memperkenalkan pendekatan yang lebih modern dan fleksibel terhadap manajemen layanan TI. Ini menggabungkan konsep tangkas dan DevOps serta menempatkan fokus yang lebih kuat pada pengalaman pelanggan.
Sertifikasi ITIL tersedia di berbagai tingkatan, termasuk Foundation, Praktisi, Intermediate, dan Expert, yang memungkinkan para profesional TI untuk menunjukkan pengetahuan dan keahlian mereka dalam manajemen layanan TI. Sertifikasi ini sering dicari oleh para profesional TI dan dapat meningkatkan peluang karir di bidang manajemen layanan TI dan bidang terkait. Perlu diingat bahwa detail sertifikasi dan kerangka kerja itu sendiri mungkin telah berkembang sejak pembaruan terakhir pada tahun 2021.
BACA JUGA:TIPS SUKSES DALAM TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI (IT GOVERNANCE)
ISO/IEC 17799, yang lebih dikenal sebagai ISO/IEC 27002, adalah standar internasional yang mengatur praktik keamanan informasi dalam suatu organisasi. ISO/IEC 27002 adalah bagian dari seri standar ISO/IEC 27000, yang berkaitan dengan manajemen keamanan informasi. Standar ini memberikan panduan tentang tindakan yang dapat diambil untuk mengelola risiko keamanan informasi dan melindungi aset informasi suatu organisasi.
Beberapa poin penting yang diatur oleh ISO/IEC 27002 meliputi:
1. Kebijakan Keamanan Informasi, Menetapkan kerangka kerja dasar untuk mengembangkan, menerapkan, dan memelihara kebijakan dan prosedur keamanan informasi dalam organisasi.
2. Manajemen Aset Informasi, Memberikan pedoman tentang cara mengelola aset informasi secara efektif, termasuk identifikasi, klasifikasi, dan perlindungan aset tersebut.
3. Keamanan Akses, Memastikan bahwa hanya orang yang berwenang memiliki akses ke informasi yang diperlukan dan mengatur prosedur untuk mengelola hak akses ini.
4. Kemanan Operasional, Memberikan panduan tentang operasi harian yang aman, seperti manajemen kejadian, manajemen perubahan, pemantauan, dan perlindungan data.
5. Keamanan Komunikasi, Menyediakan panduan tentang cara melindungi data saat ditransmisikan melalui jaringan atau media lainnya.
6. Pengendalian Keamanan Informasi, Merinci pengendalian keamanan yang harus diimplementasikan untuk mengurangi risiko.
7. Manajemen Keamanan, Menyediakan panduan tentang bagaimana organisasi dapat mengelola dan memperbaiki sistem manajemen keamanan informasi mereka.
ISO/IEC 27002 digunakan oleh banyak organisasi di seluruh dunia sebagai referensi untuk memastikan bahwa mereka mengikuti praktik terbaik dalam manajemen keamanan informasi. Standar ini juga sering digunakan sebagai dasar untuk audit dan sertifikasi keamanan informasi.
Harap dicatat bahwa nama standar ini telah berubah dari ISO/IEC 17799 menjadi ISO/IEC 27002, Penting untuk memahami bahwa ISO/IEC 27002 merupakan bagian dari keluarga standar keamanan informasi yang lebih besar, yang mencakup standar lain seperti ISO/IEC 27001 (yang mengatur sistem manajemen keamanan informasi) dan standar terkait keamanan informasi lainnya. Organisasi sering mengadopsi standar ini secara bersama-sama untuk memastikan keamanan informasi yang efektif dan terintegrasi.
COSO, atau Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission, adalah sebuah badan yang dibentuk pada tahun 1985 di Amerika Serikat. Tujuan utama COSO adalah untuk menyusun kerangka kerja (framework) dan panduan terkait pengendalian internal, manajemen risiko, dan tata kelola perusahaan (corporate governance).
COSO telah mengembangkan beberapa kerangka kerja dan panduan penting yang digunakan di seluruh dunia:
1. Kerangka Kerja Pengendalian Internal COSO, Salah satu kontribusi utama COSO adalah kerangka kerja pengendalian internal yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1992 (dikenal sebagai COSO 1992). Kerangka kerja ini membantu organisasi merencanakan, mendesain, dan mengimplementasikan kontrol internal yang efektif untuk mencapai tujuan bisnis dan menghindari risiko yang tidak diinginkan.
2. Integrasi Risiko COSO, COSO merilis kerangka kerja "Integrasi Risiko COSO" pada tahun 2004 yang menggambarkan hubungan antara manajemen risiko dan pengendalian internal. Ini membantu organisasi untuk lebih baik memahami dan mengelola risiko dalam konteks pengendalian internal.
3. Kerangka Kerja Tata Kelola Organisasi COSO (COSO Framework for Enterprise Governance), COSO merilis kerangka kerja ini pada tahun 2004 untuk membantu organisasi meningkatkan tata kelola perusahaan mereka. Ini mencakup prinsip-prinsip dan rekomendasi yang mendukung pengambilan keputusan dan manajemen yang baik dalam organisasi.
Penggunaan kerangka kerja dan panduan yang dikembangkan oleh COSO membantu organisasi merancang dan mengelola tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian internal yang efektif. Ini sangat penting dalam menjaga integritas, keandalan, dan ketaatan dalam organisasi, serta dalam mencapai tujuan bisnis dengan lebih baik.
Perlu diingat bahwa COSO sering kali dilihat sebagai panduan dan standar yang penting dalam praktik tata kelola perusahaan, manajemen risiko, dan pengendalian internal, dan kerangka kerja mereka telah mengalami beberapa pembaruan sejak pertama kali diterbitkan.
COBIT, yang merupakan singkatan dari Control Objectives for Information and Related Technologies, adalah sebuah kerangka kerja yang digunakan dalam manajemen teknologi informasi (IT) dan tata kelola TI. COBIT dirancang untuk membantu organisasi mengelola dan mengontrol teknologi informasi dengan lebih efektif, meningkatkan efisiensi operasional, memenuhi peraturan, dan mencapai tujuan bisnis yang lebih baik. COBIT adalah salah satu kerangka kerja utama yang digunakan secara luas di seluruh dunia untuk manajemen dan tata kelola TI.
Beberapa karakteristik dan komponen utama dari COBIT adalah:
1. Orientasi Bisnis, COBIT menekankan pentingnya menghubungkan TI dengan tujuan bisnis. Kerangka kerja ini membantu organisasi dalam mengidentifikasi dan memahami bagaimana TI dapat mendukung dan meningkatkan pencapaian tujuan bisnis.
2. Proses Berbasis, COBIT mengidentifikasi sejumlah proses yang berkaitan dengan pengelolaan dan pengendalian TI. Ini mencakup proses-proses seperti perencanaan dan organisasi, akuisisi dan implementasi, pengiriman dan dukungan, dan pemantauan.
3. Kontrol dan Pengendalian, COBIT memberikan panduan tentang bagaimana mengelola pengendalian dan keamanan dalam lingkup TI. Ini membantu organisasi mengidentifikasi risiko, menetapkan kontrol, dan mengukur keberhasilan dalam mencapai tujuan keamanan.
4. Pemantauan dan Pengukuran, COBIT menekankan pentingnya pemantauan kinerja dan pengukuran untuk memastikan bahwa praktik-praktik TI dan pengendalian berjalan sesuai rencana.
5. Kerangka Kerja Terstruktur, COBIT menyediakan kerangka kerja yang terstruktur dengan panduan yang komprehensif, termasuk tujuan kontrol, panduan tindakan, dan kriteria pengukuran.
6. Keterkaitan dengan Standar dan Regulasi, COBIT dirancang untuk berintegrasi dengan berbagai standar dan regulasi keamanan dan kepatuhan, seperti ISO/IEC 27001, HIPAA, dan lain-lain.
COBIT telah mengalami beberapa iterasi sejak pertama kali diperkenalkan dan merupakan alat yang berguna untuk pemangku kepentingan TI, termasuk manajemen eksekutif, manajer TI, auditor, dan profesional keamanan informasi. Kerangka kerja ini membantu organisasi mengukur, mengelola, dan memperbaiki proses TI mereka agar lebih sesuai dengan tujuan bisnis dan kepatuhan.
Demikian, Semoga artikel ini bermanfaat.